BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Kuliah LapanganKuliah lapangan merupakan kegiatan yang memperkenalkan dunia kerja kepada para mahasiswa. Dengan adanya kuliah lapangan, mahasiswa diharapkan mendapatkan pengetahuan dari kunjungan ke lapangan. Dalam kuliah lapangan kelas Pengantar Ilmu Sosial Budaya ini, mahasiswa tidak hanya diperkenalkan tentang dunia kerja saja, tetapi harapan yang dimaksud ialah untuk mengetahui dan mengenal kebudayaan yang ada di masyarakat. Mengenal budaya masyarakat ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengkomparasikan budaya lama dengan perkembangan budaya baru.Secara garis besar masyarakat memiliki unsur budaya yang berbeda-beda. Budaya tersebut diperoleh atas garis keturunan budaya yang tidak terdapat perubahan sedikitpun atau hasil dari percampuran antar kebudayaan yang menghasilkan budaya baru. Dalam hal ini dapat disebut budaya asimilasi dan budaya akulturasi. Kedua jenis budaya tersebut dapat ditemukan dalam kebudayaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota. Apapun jenis kebudayaan masyarakat, manusia sebagai makhluk sosial dan budaya tentu senantiasa selalu melestarikan kebudayaan.Dalam upaya melestarikan budaya ini mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam kelas Pengantar Ilmu Sosial Budaya mengadakan kuliah lapangan yang kegiatannya dilaksanakan di Dusun Taruban Tuksono, kecamatan Suntolo, kabupaten Kulon Progo. Mahasiswa di ajak untuk mengamati langsung prosesi upacara Merti Dusun atau Bersih Dusun. Merti Dusun merupakan upacara bersih desa secara batin dari hal-hal buruk dengan cara mengambil air suci di Sindang Kamulyan dan ziarah makan Ki Joko Tarub sebagai leluhur desa Taruban. Upacara ini sudah ada sejak dulu yang hingga kini selalu dilakukan setiap tahun.Masyarakat menganggap bahwa upacara Merti Dusun ini tidak hanya sekedar upacara biasa. Tetapi upacara ini merupakan kebudayaan lama yang ada sejak dulu hingga sekarang. Sebagai mahasiswa dalam bidang kesenian diharapkan dapat menjaga dan melestarikan budaya-budaya semacam ini. Untuk itu, perlu pengamatan lebih lanjut untuk mengkaji sebuah kebudayaan masyarakat dan kesenian yang ada didalamnya. Laporan yang ditulis ini adalah salah satu bentuk pengamatan yang bermaksud agar dapat mengetahui lebih jauh mengenai seni dan budaya sehingga dapat melestaraikan kebudayaan yang ada di masyarakat.
- Tujuan Kuliah LapanganTujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kuliah lapangan ini ialah sebagai berikut:
- Memberikan pengetahuan mengenai kebudayaan yang ada di masyarakat khususnya budaya masyarakat dusun Taruban.
- Memberikan kesempatan mahasiswa untuk melihat dan mengamati secara lansung upacara Merti Dusun di dusun Taruban.
- Memperkaya wawasan yang berkaitan langsung dengan ilmu sosial dan budaya serta menambah wawasan tentang kesenian yang ada dalam masyakarat.
- Manfaat Kuliah LapanganManfaat pelaksanaan kuliah lapangan ini adalah sebagai berikut:
- Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan Ilmu Sosial Budaya dalam kegiatan kuliah lapangan yang mengamati langsung tentang kebudayaan yang ada di masyarakat.
- Menambah wawasan dan pengalaman yang lebih luas terkait dengan kebudayaan dan kesenian masyarakat.BAB IILAPORAN HASIL PENGAMATAN LANGSUNGDI DUSUN TARUBAN
- Situasi dan Kondisi Sosial Masyarakat Dusun TarubanMasyarakat pedesaan atau dusun pada umumnya selalu memiliki ciri-ciri dalam menjalankan hidup bermasyarakat. Biasanya ciri-ciri tersebut tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang sangat kuat.Pada hakikatnya, seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup. Rasa kecintaan terhadap lingkungannya membuat seseorang bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat. Hal ini terjadi karena adanya suatu tanggapan yang menekankan bahwa mereka hidup sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai dan saling menghormati, serta mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.Secara geografis, masyarakat desa tentu memiliki wiayah dengan batas dan letak yang telah ditentukan. Salah satu contohnya yaitu desa dusun Taruban. Dusun Taruban terletak di Kecamatan Sentulo Kabupaten Kulon Progo. Situasi dan kondisi masyarakat dusun Taruban yang terletak di pedesaan membuat jumlah penduduk yang ada di desa tersebut tidak sebanyak jumlah penduduk yang ada di perkotaan. Kebanyakan dari masyarakat dusun Taruban ialah penduduk asli dusun tersebut.Masyarakat dusun Taruban mayoritasnya beragama muslim. Hal ini ditandai dengan adanya pondok pesantren yang dibangun diwilayah desa tersebut. Pondok pesantren ini bernama Pondok Pesantren Nurul Haromain yang merupakan pondok pesantren terbesar di Kabupaten Kulon Progo. Kebanyakatan dari anak-anak masyarakat dusun Taruban bersekolah di pondok pesantren ini. Bagi mereka pendidikan agama lebih diutamakan. Tetapi selain pendidikan agama, ilmu-ilmu lain juga menjadi salah satu pendidikan yang penting untuk mereka. Terbukti dengan adanya beberapa anak yang telah disekolahkan diluar dusun Taruban dengan tujuan menuntut ilmu yang lebih dalam.Adapun mata pencaharian masyarakat dusun Taruban umumnya ialah bertani dan berkebun. Pekerjaan ini didukung oleh banyaknya area lahan yang luas dan subur untuk ditanami tumbuh-tumbuhan. Kondisi pekerjaan ini sangat berpengaruh terhadap system kekerabatan yang ada di dusun tersebut. Banyaknya masyarakat yang hanya tinggal dan bekerja disekitar area pemukiman warga ini membuat mereka selalu akrab dan menjadikan seluruh warga desa sebagai anggota keluarga.Situasi dan kondisi sosial masyarakat dusun Taruban memiliki struktur sosial yang sangat baik. Seluruh warga dusun Taruban terlihat seperti kumpulan keluarga besar yang berada dalam satu wilayah. Hal ini dapat dilihat dari gambaran pada saat upacara Merti Dusun yang selalu mereka adakan setiap tahun dengan tujuan membersihkan desa dari hal-hal buruk yang tidak diharapkan.
- Upacara Merti DusunUpacara Merti Dusun atau sering disebut bersih desa, hakikatnya adalah simbol rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan karunia yang diberikan-Nya. Karunia tersebut bisa berwujud apa saja, seperti kelimpahan rezeki, keselamatan, serta ketentraman dan keselarasan hidup. Masyarakat Jawa percaya, ketika sedang dilanda duka dan tertimpa musibah pun masih banyak hal yang pantas disyukuri. Masih ada hikmah dan pelajaran positif yang dapat dipetik dari terjadinya sebuah petaka. Di samping itu, rasa syukur juga bisa menjadi pelipur sekaligus sugesti yang menghadirkan ketenangan jiwa.Merti Dusun biasanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu dalam kalender jawa. Di dusun Taruban Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, belum lama ini tepatnya tanggal 1 mei 2016 mengadakan Merti Dusun. Upacara Merti Dusun ini di ikuti oleh seluruh warga di dusun Taruban. Baik muda ataupun yang sudah berumur. Dalam Merti Dusun, peran masyarakat dalam partisipasinya sangat menentukan proses dan kelestarian budaya ini. Karena mereka melakukan kontak langsung dengan melaksanakan Merti Dusun.Selain sebagai upacara membersihkan desa. Merti Dusun juga bertujuan sebagai acara yang dapat mengeratkan kekerabatan warga desa. Kekeraban yang erat itu dapat dilihat dari bagaimana antusias setiap warga yang berpartisipasi dalam upacara Merti Dusun tersebut. Upacara yang diselenggarakan pada satu tahun sekali ini sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh warga, karena bagi mereka acara seperti itu dapat membuat suasana desa yang sepi menjadi ramai.Adapun bentuk kegiatan dalam upacara Merti Dusun ini ialah sebagai berikut :
- Sabtu (30/04) malam, rangkain pembuka upacara adat dilakukan. Acara ini menghadirkan Bupati Kabupaten Kulon Progo yang memberikan sambutan untuk membuka upacara adat. Kemudian di sajikan sebuah tari Tayub yang di tarikan oleh empat penari wanita cantik dan 4 penari laki-laki yang berdandan sebagai tokoh-tokoh ponokawan. Para penari tersebut menarikan tari tayub dihadapan Bupati dan tokoh adat di iringi dengan irama musik gamelan dan nyanyian oleh para sinden yang telah lanjut usia. Seusai tari Tayub, tokoh adat menyampaikan nazar. Acara pembukaan ini berlangsung dari pukul 20:00 WIB hingga dini hari pukul 03:00 WIB.
- Minggu (01/05), pada hari minggu merupakan hari istimewa karena warga akan mengadakan upacara Merti Dusun / bersih desa dan nazar. Di pagi hari, para bergada atau prajurit telah siap dalam barisan karena pelaksanaan kirab akan segera di mulai. Para prajurit tersebut berjalan mengelilingi desa bersama dengan masyarakat yang juga ikut memeriahkan acara. Pada puncak acara terdiri dari pelaksanaan kirab, pengambilan air suci di Sendang Kamulyan, ziarah makam Ki Jaka Tarub, dan kenduri serta penyerahan air suci kepada Pedukuhan Taruban.
Pada awalnya, upacara ini hanya pengambilan air di Sendang
Kamulyan dan ziarah makam. Namun saat ini terdapat penambahan kirab. Setelah acara
penutup, ada pagelaran Wayang Kulit yang mengisahkan “Sri
Boyong” sri bermakna padi dan boyong berarti membawa pulang. Kemudian disajikan
pula pentas 20
kelompok kesenian seperti jathilan klasik, reog, dan yang lainnya. Rangkain bentuk
kegiatan yang telah di uraikan di atas adalah sebagian besar hasil dari
pengamatan langsung dalam upacar Merti Dusun di desa Taruban Kabupaten Kulon
Progo.
- Tari Sosial Tayuban
Perubahan
zaman telah memberikan warna bagi kehidupan manusia. Perbedaan pola pikir
sekelompok masyarakat merupakan bagian dari warna kehidupan tersebut. Meski
tidak selalu berdampak buruk, namun hal ini secara tidak langsung telah
menciptakan dua kelompok masyarakat. Yaitu kelompok masyarakat primitif dan
moderen. Mereka yang merupakan bagian dari masyarakat
primitif masih menggunakan sistem dan fungsi-fungsi alam. Segala hal yang
mereka lakukan selalu berkenaan dengan alam. Misalnya saja seperti saat mereka
melakukan upacara atas keberhasilan panen mereka. Contoh tersebut merupakan
salah satu kebudayaan yang diturunkan oleh leluhur mereka.
Kebudayaan
masyarakat primitif yang masih bertahan sampai sekarang cukup banyak. Bentuknya
pun beragam. Dari bentuk kesenian rakyat hingga tari pergaulan. Di Dusun Taruban misalnya, terdapat beberapa kebudayaan masyarakat
primitif yang masih bertahan upacara Merti Dusun yang rangkain acaranya terdapat
sajian tari Tayub. Tayub berasal dari kata tata dan guyub (jawa: kiratha basa), yang artinya
bersenang-senang dengan mengibing bersama penari wanita.
Tayub adalah tari pergaulan tetapi dalam perwujudannya bisa bersifat
romantis dan bisa pula erotis. Biasa ditarikan oleh penari wanita yang disebut
dengan tledhek dan selalu melibatkan penonton
pria untuk menari bersama (pengibing). Yang menjadi perhatian disini
adalah dalam setiap pertunjukan selalu didominasi oleh penonton pria, sebab
pria disini sebagai obyek bagi para tledhek untuk dapat menari bersama mereka dan
diharapkan memberi sedikit imbalan (berupa uang = sawer). Tayub dilaksanakan untuk
merayakan pesta pernikahan dan berbagai macam hajatan lainnya. Seperti yang selalu dilakukan
oleh masyarakat di dusun Taruban. Sebagai daerah wisata, dusun Taruban
Kabupaten Kulon Progo ini mampu berkembang dengan mengunggulkan kebudayaan
mereka sendiri. Dalam hal ini adalah upacara
Merti Dusun dan Tayub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar