Putri Mandalika
(Sasak –
Lombok – NTB)
Oleh:
NINA
SARI
NIM
1410027411
TUGAS AKHIR ANALISIS
GERAK KARAKTER
PROGRAM STUDI S1
SENI TARI
JURUSAN TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI
INDONESIA YOGYAKARTA
GENAP 2016
Putri Mandalika
Putri Mandalika – Bau Nyale – Suku
Sasak - Lombok - Nusa Tenggara Barat
1.
LATAR
BELAKANG
Nyale adalah sebuah pesta atau
upacara yang dikenal dengan Bau Nyale. Kata
Bau berasal dari Bahasa Sasak yang berarti menangkap. Sedangkan kata Nyale berarti cacing laut yang hidup
pada lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut. Bau Nyale merupakan
sebuah acara perburuan cacing laut. Acara ini diselenggarakan sekitar bulan
Februari dan Maret. Tempat penyelenggaraan upacara Bau Nyale ini ada di Pantai
Seger, Kuta. Terletak di bagian selatan Pulau Lombok.
Pesta atau upacara Bau Nyale
merupakan sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai
nilai sakral tinggi bagi Suku Sasak, Suku asli Pulau Lombok. Keberadaan pesta
Bau Nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di
daerah Lombok Tengah bagian selatan.
Cerita
legenda Festival Bau Nyale
Putri Mandalika, seorang putri
cantik jelita yang menjelma menjadi cacing nyale dan muncul sekali dalam
setahun di Pantai Lombok. Siapa sangka cacing nyale yang diperebutkan dan
dicari-cari setiap tahun oleh masyarakat Lombok ini adalah jelmaan dari seorang
putri yang sangat cantik yang zaman dahulu diperebutkan oleh pangeran-pangeran
dari berbagai kerajaan di Lombok.
Menurut dongeng bahwa pada zaman
dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama
Tonjang Beru. Sekeliling kerajaan ini dibuat ruangan – ruangan yang besar.
Ruangan ini digunakan untuk pertemuan raja – raja. Negeri Tonjang Beru ini diperintah
oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya. Raja itu bernama
raja Tonjang Beru dengan permaisurinya bernama Dewi Seranting.
Baginda mempunyai seorang putri,
namanya Putri Mandalika. Ketika sang putri menginjak usia dewasa, amat elok
parasnya. Ia sangat anggun dan cantik jelita. Matanya laksana bagaikan bintang
di timur. Pipinya laksana pauh dilayang. Rambutnya bagaikan mayang terurai. Disamping
anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah
yang membuat sang putri menjadi kebanggaan para rakyatnya.
Semua rakyat sangat bangga
mempunyai raja yang arif dan bijaksana, yang ingin membantu rakyatnya saat
kesusahan. Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi
hidup makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika
sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan
dan keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran – pangeran yang membagi
habis bumi Sasak (Lombok). Masing – masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane,
Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cinta. Mereka
mabuk kepayang melihat kecantikan dan keanggunan sang putri. Mereka saling
mengadu peruntungan nasibnya. Siapa diantara mereka yang bisa mempersunting Putri
Mandalika, maka ialah yang paling beruntung.
Apa daya dengan sepenuh perasaan halusnya,
Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran amat
murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan Pangeran
Maliawang. Masing – masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur. Datu Teruna
mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya
kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim
Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Putri Mandalika tidak bergeming.
Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger
Utusaning Allah, sedang Maliawang meniup senggeger Jaring Sutra. Keampuhan kedua senggeger ini tak kepalang tanggung dimata Putri Mandalika, wajah
kedua pangeran itu muncul berbarengan. Tak bisa makan, tak bisa tidur, sang
putri akhirnya kurus kering. Seisi negeri Tonjang Beru disaput duka.
Kenapa sang putri menolak lamaran ?
Karena, selain rasa cintanya mesti bicara, ia juga merasa memikul tanggung
jawab yang tidak kecil. Akan timbul bencana manakala sang putri menjatuhkan
pilihannya pada salah seorang pangeran. Dalam semadi, sang putri mendapat
wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10
( bulan Sasak ) menjelang pagi – pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang.
Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing – masing. Semua para undangan
diminta datang dan berkumpul di pantai Kuta.
Tanpa diduga – duga enam orang para pangeran
datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai yang didatangi
ini bagaikan dikerumuni semut. Ada yang datang dua hari sebelum hari yang
ditentukan oleh sang putri. Anak – anak sampai kakek – kakek pun datang memenuhi
undangan sang putri ditempat itu. Rupanya mereka ingin menyaksikan bagaimana
sang putri akan menentukan pilihannya.
Pengunjung berduyun – duyun datang
dari seluruh penjuru pulau Lombok. Merekapun berkumpul dengan hati sabar
menanti kehadiran sang putri. Betul seperti janjinya. Sang putri muncul sebelum
adzan berkumandang. Persis ketika langit memerah di ufuk timur, sang putri yang
cantik dan anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan
emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di belakang sang putri.
Sungguh pengawalan yang ketat.
Semua undangan yang menunggu
berhari – hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan sang putri. Sang
putri datang dengan gaun yang sangat indah. Bahannya dari kain sutera yang
sangat halus.
Tidak lama kemudian, sang putri
melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Disitu
Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada seluruh undangannya. Sang
putri berbicara singkat, tetapi isinya padat, mengumumkan keputusannya dengan
suara lantang dengan berseru : ”Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran
dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan
bahwa diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara
pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat
kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan
laut.”
Bersamaan dan berakhirnya kata –
kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan bertanya –
tanya memikirkan kata – kata itu. Tanpa diduga – duga sang putri mencampakkan
sesuatu di atas batu dan menceburkan diri ke dalam laut yang langsung di telan
gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang menggelegar.
Tidak ada tanda – tanda sang putri
ada di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan muncullah binatang kecil
yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu
berbentuk cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri.
Lalu beramai – ramai mereka
berlomba mengambil binatang itu sebanyak – banyaknya untuk dinikmati sebagai
rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau keperluan lainnya.
Itulah kisah Bau Nyale. Penangkapan
Nyale menjadi tradisi turun – temurun di pulau Lombok. Pada saat acara Bau
Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini, mereka sejak sore hari mereka
yang akan menangkap Nyale berkumpul di pantai mengisi acara dengan peresean,
membuat kemah dan mengisi acara malam dengan berbagai kesenian tradisional
seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada
kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula,
digelar drama kolosal Putri Mandalika di pantai Seger.
Warga masyarakat yang datang ke
pantai Seger untuk ikut melaksanakan upacara Bau Nyale datang dengan
menggunakan kendaraan. Nyale bagi penduduk Lombok Selatan dengan lahan
persawahan tadah hujan merupakan benda rahmat Tuhan yang bisa digunakan sebagai
tanda keberhasilan panen yang memuaskan. Tradisi Bau Nyale – menangkap cacing
laut – sebagai bagian dari legenda Putri Mandalika di Lombok. Di sana, warga dari sekeliling
Lombok berdatangan sejak malam sebelumnya.
Bau Nyale ada di 16 pantai yang
memanjang sejauh 72 kilometer dari arah timur hingga ke barat di selatan Lombok
Tengah. Utamanya dilaksanakan di pantai Seger dan sekitarnya. Pantai obyek
pariwisata yang potensial di Nusa Tenggara Barat. Keindahan pantai ini membuat
hati para wisatawan menjadi kagum melihat segala pemandangan alamnya. Perairan
di sekitar pantai Kuta hingga pantai Tanjung Aan sangat cocok untuk berenang.
Pantai ini terletak di bagian selatan pulau Lombok, kira – kira 54 kilometer
tenggara kota Mataram. Suasananya tenang senyap menyambut langkah – langkah
diantara pasir putih halus – bagaikan merica – yang membentang dari ujung barat
ke ujung timur dengan puluhan kawasan wisata mulai dari pantai Ujung Kelor yang
berbatasan dengan Lombok Timur, hingga pantai Pengantap di Lombak Barat.
Seperti biasanya, dipadati ribuan
kaum muda setelah menungguinya di tengah hujan deras sepanjang malam. Mereka
yang rela menahan dingin dan kantuk di Pantai Seger di Desa Kuta Kecamatan
Pujut dalam kawasan PT Pengembangan Pariwisata Lombok tersebut yang datang
tidak hanya dari warga desa di Kecamatan Pujut saja. Tetapi juga para muda-mudi
dari Mataram dan Praya yang datang mengendarai ratusan mobil.
Pantai Seger yang kini lebih
dikenal dengan pantai Putri Nyale ini pun dilengkapi oleh lereng – lereng yang
terjal dari bukit yang berbatasan dengan bibir pantai. Sungguh, alam mempesona.
Di pantai selatan itulah hidup dan tersebar suatu legenda sehubungan dengan
adanya Nyale (sejenis cacing laut) yang muncul satu kali dalam setahun.
Nyale ditangkap di beberapa tempat
di pantai selatan pulau Lombok antara lain di pantai Kaliantan, Kuta, Selong
Belanak, Mawun. Lokasi yang terbaik dikunjungi wisatawan adalah pantai Seger
desa Kuta dengan kondisi prasarana yang cukup memadai. Nyale pada melakukan
pembuahan muncul di permukaan laut yang dimulai pada waktu fajar sampai sebelum
matahari terbit. Munculnya Nyale di permukaan laut pada saat menjelang fajar
yang disinari oleh rembulan membawa keindahan yang menarik dan merangsang para
nelayan untuk menangkap Nyale dan lama kelamaan menjadi tradisi budaya.
Munculnya Nyale dipermukaan laut terjadi setiap tahun sekitar bulan Februari.
Secara ilmiah, cacing Nyale yang
pernah diteliti mengandung protein hewani tinggi sekali. cacing Nyale ini telah
diketahui mengeluarkan suatu zat yang sudah terbukti bisa membunuh kuman-kuman.
Dari sebuah laporan survey aspek sosio budaya Nyale, diketahui 70,6 persen
responden membuang daun bekas pembungkus Nyale ke sawah supaya hasil tanaman
padi akan melimpah ruah dan memberi tahu tanaman padi bahwa nyale telah selesai
ditangkap yang berarti hujan akan berhenti.
Selama ini masyarakat menjadikan
masakan pes – dikukus dibungkus daun – yang enak sekali. Masyarakat juga
meyakini apabila Nyale keluar banyak menandakan pertanian berhasil. Lombok
Selatan selama ini dikenal sebagai daerah kritis karena tidak adanya irigasi.
Sawah di sana tadah hujan. Jadi kalau hujan banyak barangkali salinitas air
memungkinkan untuk populasinya berkembang, diyakini tanaman padinya berhasil.
Putri
Mandalika
Ø Cerita
dari : Nusa Tenggara Barat
Ø Tokoh
: Putri Mandalika
Ø Berasal
dari : Lombok
Ø Lingkungan
: Bangsawan
Ø Ragawi
: Cantik jelita, kulit putih dan memiliki rambut panjang
Ø Karakter
: Ramah, sopan dan lemah lembut
Ø Kesehatan
: Sehat
Ø Tata
rias : Korektif
Ø Tata
Busana : Gaun yang indah
Ø Umur
: 20 tahun
Ø Status
: Tidak Menikah
2.
KONSEP
GERAK
Dengan bantuan
media Animasi lewat tayangan LCD pada
layar. Didukung gerak-gerak realistis yang dapat memberi kesan nyata di atas
panggung pertunjukkan (stage). Kemudian penggambaran gerak seorang “Putri
Mandalika” yang divariasikan dengan stilisasasi pengembangan motif-motif dari
gerak tari Gandrung asal Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar